Search This Blog

Monday, June 20, 2011

Terapi Pijat Prof Hembing

Terapi Pijat untuk Anak-Anak Autisme

Pijat menjadi alternatif pengobatan sebagian orangtua yang anaknya mengalami autisme.

SELAIN pengobatan medis, banyak orangtua yang anak-anaknya menderita autisme menempuh pengobatan alternatif, terapi pijat.

Sebenarnya, pijat bagi anak bukan barang aneh. Pijat pada bayi sangat dianjurkan karena bermanfaat merangsang sistem kerja saraf.

Mengomentari hal tersebut, Prof. H. Hembing Wijayakusuma mengatakan terapi pijat anak-anak autisme efektif memperlancar peredaran darah yang berfungsi mendistribusikan oksigen, nutrisi, dan mengangkut racun tubuh sehingga racun tidak mengendap dan menimbulkan penyakit.

Anak autisme di tubuhnya mengalami gangguan metabolisme, sehingga perlu terapi yang memungkinkan terjadinya optimalisasi proses sterilisasi tubuh dari penumpukan racun yang dapat meracuni sistem saraf otak.

Autisme dipandang sebagai gangguan perkembangan saraf disertai berbagai masalah, seperti gangguan pencernaan juga kepekaan. Aspek perkembangan saraf tidak lepas dari aspek internal tubuh, seperti hormon, enzim, daya tahan tubuh, dan ketahanan mental. Ini membuat terapi pijat tepat dijadikan terapi pendamping anak autisme.

Manfaat Pijatan

Pijatan pada daerah tertentu membuat saraf dan otot berkontraksi sehingga meningkatkan aliran darah dan menciptakan keseimbangan tubuh. Untuk intensitas terapi, tiap anak berbeda-beda. "Bergantung kondisi dan reaksi tubuh anak," ujar pria yang banyak menerima penghargaan di bidang pengobatan ini.

Sensasi rileks saat dipijat akan mempermudah anak tertidur. Ketika tidur, tubuh melakukan perbaikan menyeluruh termasuk kinerja otak, kontak mata, penguasaan kosa kata, mobilitas, sensitivasi, respons, juga interaksi. Di samping menenangkan dan mengatasai hiperaktivitas yang sering terjadi pada anak autisme.

Daerah pijatan meliputi kepala, punggung, dada, perut, leher, tengkuk, tangan, kaki, wajah, pelipis, dan mulut. Tiap daerah memiliki fungsi penyembuhan masing-masing, sehingga pemijatan harus dilakukan menyeluruh.

Misalnya, pijatan di kepala dapat merangsang sistem saraf, meningkatkan konsentrasi, juga menenangkan. Pijatan daerah punggung, dapat memperbaiki kinerja seluruh organ tubuh. Pijatan di dada akan mengangkut racun tubuh dan mengontrol metabolisme. Pijatan daerah perut, dapat menghilangkan gangguan pencernaan. Sedangkan di leher dapat meningkatkan kemampuan bicara dan memperlancar sirkulasi darah.

Pijatan di tengkuk dapat melancarkan sirkulasi darah ke susunan saraf dan menenangkan.

Pada tangan, dapat memperbaiki kinerja paru-paru, jantung, usus, pembuangan, juga melancarkan sirkulasi darah ke seluruh tubuh.

Daerah kaki, akan mengatasi hiperaktif, agresif, dan merangsang sistem saraf pusat. Pijatan di wajah dapat memperbaiki kontak mata. Sedangkan pelipis, akan menurunkan ketegangan dan merangsang sistem saraf. Terakhir, pada mulut, dapat membantu mengoptimalkan saraf bicara.

Guna mendukung penyembuhan autisme, penderita ditekankan melakukan diet bebas makanan tertentu, terutama yang mengandung glutein dan kasein.

Kedua zat ini terdapat di buah dan sayuran tertentu, makanan yang mengandung zat pewarna atau MSG serta bahan makanan mengandung susu hewan, seperti keju, es krim, yoghurt atau margarin.

Keberhasilan terapi menyembuhkan autisme, secara umum mencapai 100 persen. Namun, semua bergantung kemampuan orangtua mendisiplinkan pengobatan, baik pijat maupun diet. Selain itu, kontinuitas terapi harus rutin dilakukan sampai anak mengalami perbaikan fungsi tubuhnya.

Balita Lebih Mudah Diobati

Puji Siswanto, ahli acupressure dari Bogor (Jabar), melakukan pengobatan terhadap anak-anak autisme dengan acupressure (pemijatan). Fungsi pemijatan yang dilakukan adalah membantu peredaran darah dan merilekskan susunan saraf menegang karena autisme.

Menurut dia, pengobatan anak autisme dengan pemijatan lebih efektif. Teknik penyembuhan anak autisme dengan menggunakan jarum (akupunktur) tidak bisa dilakukan. Hal ini disebabkan anak autisme cenderung hiperaktif dan banyak gerakdalam pengobatan.

Puji juga mengingatkan tidak semua anak hiperaktif terkena autisme. "Salah satu ciri anak autisme adalah tatapan matanya kosong," ujarnya.

Menurut Puji, anak autisme umumnya mengalami gangguan pencernaan, sehingga buang air besarnya tidak teratur. Hal ini disebabkan sistem pencernaannya terganggu, sehingga gizi dan vitamin dari makanan tidak dapat diserap tubuh. Kondisi tersebut berakibat terhambatnya pertumbuhan anak.

Teknik yang dilakukan Puji, pertama memperlancar sistem pencernaan lebih dulu. Alasannya, jika sistem pencernaan membaik, berarti gizi yang diserap dan mental anak berangsur normal, ujar pria kelahiran 7 Januari ini.

Untuk memperbaiki sistem pencernaan, anak akan dipijat pada beberapa titik meridian akupunktur, mulai dari bawah rahang, punggung hingga kaki. Pijatan ini merilekskan otot dan memperlancar aliran darah ke pencernaan.

Peran aktif orangtua anak autisme sangat diharapkan Puji. Bahkan, Puji melibatkan secara aktif orangtua untuk melakukan pemijatan di rumah. Hal ini penting karena titik tersebut merupakan inti pengobatan dan harus dilakukan tiap hari dengan pijatan yang ringan.

Oleh sebab itu, Puji yang mendapatkan keahlian memijat dari ayahnya ini, selalu memberi tahu orangtua anak tentang titik mana yang harus dipijat ringan karena tidak mungkin orangtua sang anak datang kepadanya setiap hari.

Jika orangtua cukup aktif melakukan pemijatan, dalam waktu satu bulan sudah dapat dilihat perkembangan yang luar biasa. Kemajuan itu akan lebih baik jika didukung kondisi anak yang masih muda sehingga titik meridian akupunkturnya masih mudah dibentuk sehingga aliran darah tetap stabil.

Menurut Puji, sebaiknya pengobatan anak autisme dilakukan sedini mungkin, setidaknya jangan lebih dari tiga tahun. "Jika sudah menginjak usia sekolah, pembuluh darahnya sudah mengeras sehingga sulit menormalkan," ujarnya.n SP/S-1

No comments:

Post a Comment

Clixsense

GPIbux

Popular Posts